Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum’ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah.
Catatan:
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : “Ya Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin” adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara keseluruhan.
Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh ‘Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. yang artinya: “Ya Rabb! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang mukmin yang masuk ke rumahku dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan”. [Nuh : 28].
Dan juga bertentangan dengan doa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Ya Rabbi, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab”. [Ibrahim : 41]
Serta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diperintahkan seperti itu yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Dan mohon lah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan”. [Muhammad : 19]
Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara kolektif. Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap syariat doanya.
2. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang Dan Bahagia
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang”. [Sunan At-Tirmidzi].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu”. [Az-Zumar : 8].
Dan firman Allah: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu dari padanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya”. [Yunus : 12. ]
Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda dikabulkan pada saat lapang dan sempit.
3. Doa Orang Yang Teraniaya
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)”. [Shahih Muslim]
Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda: “Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri”. [Musnad Ahmad ]
4. Doa Orang Tua Terhadap Anaknya Dan Doa Seorang Musafir
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan; doa orang yang teraniaya; doa seorang musafirdan doa orang tua terhadap anaknya“. [Sunan Abu Daud]
5. Doa Orang Yang Sedang Puasa
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tiga doa yang tidak ditolak : doa orang tua terhadap anaknya; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir”. [Sunan Baihaqi].
6. Doa Orang Dalam Keadaan Terpaksa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya”. [An-Naml : 62]
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah.
Dan Allah berfirman dalam ayat lain: “Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) menyekutukan (Allah)”. [Al-Ankabut : 65].
Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali kepada kesyirikan.
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu ‘Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata: “Saya menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya”, Dia berkata : “Ambillah jalan ini karena lebih dekat”. Saya bertanya : “Bolehkah saya memilih jalan ini”, Dia berkata : “Bahkan jalan ini lebih dekat”. Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat. Orang tersebut berkata: “Peganglah kepala kudamu, saya akan turun”. Setelah dia turun dan menyingsingkan baju lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia mampu mengejarku. Saya katakan kepadanya: “Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya”. Dia berkata: “Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu”. Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya: “Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?” Dia berkata: “Cepat shalatlah!” Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat Al-Quran sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan. Dia berkata: “cepat selesaikan shalatmu!”, maka setelah itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang berbunyi: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan”. [An-Naml : 62]
Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggenggam tombak di tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombak pun mengenai jantungnya lalu seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar. Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut dan saya bertanya: “Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?” Dia mejawab: “Saya adalah utusan Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan menghilangkan segala malapetaka”. Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam keadaan selamat.