JAUHAROT DALAM HATI ADA TUJUH
- Jauharot al-dzikru,derajat ini dicapai ketika hati selalu mengingat kepada Alloh disetiap sa’at dan dia sampai lupa pada dir sendiri. ibarat mudahnya kalau kita ketika ngaji dan mengingat sesuatu atau melamunkan sesuatu maka kita tdk terdengar penerangan guru bahkan gurupun tidak terlihat oleh mata kita. kalau kita bagaimana mengingat kepada Alloh ? dalam sholatpun kita jarang mengingat-Nya, dan ini mengingatkan pada sebuah kisah ketika imam Ghozali baru belajar fiqh dan menjadi guru besar an-Nidzomiyah dia jadi imam sholat. kebetulan adiknya syaikh ahmad sudah mencapai sufi dan ia tdk mau berimam kpd imam ghozali akhirnya beliau mengadu kepada ibunya supaya syaikh ahmad berjama’ah. dan syaikh ahmad menurut ibunya. berjama’ah dimesjid dan ketika berjama’ah beliau berpisah dari imam, dn dirasakan olah imam Ghozali setelah selesai sholat maka imam gozali menanyakan sebabnya mufaroqoh jawab belaiu saya tdk mau berjama’ah dngn orang yg tdak khusyu. kenapa ? karena saya melihat perutmu penuh dengan darah. dan imam Ghozali ingat bahwa tadi sedang sholat mengingatkan masalah fiqh tentang darah mutahayyiroh. bagaimana kita? sedang sholat yg selalu mengingat dunia berarti dalam perut kita penuh dengan bangkai karena menurut Sayyidina Ali ra dunia itu ibarat bangka
- Jauharat al syauq (rindu), Jauharoh Syauq dimana keadaan ini hati merasa rindu selamanya kepada Alloh sehingga ia ingin mati dalam setiap nafas.
- Jauharot al-mahabbah, hati merasa ridho dan merasa ni’mat dengan hukum2nya walaupun berada dalam kesusahan.
- jauharot al-sirr, jauharoh ini suatu yg ghaib yang tdk diketahui haqiqatnya cuman cirinya bahwa hamba itu tiada gerak, diam kecuali karena Alloh dan tdk pernah melakukan yang tdk sesuai dengan syari’at
- jauharot al-ruuh, terbukanya haqiqat ruuh dengan terbuka secara nyata (disebut dengan kasyaf) tanpa samar sedikitpun.
- jauharot al-ma’rifah, tetapnya seorang hamba pada perbuatan antara haqiqat rububiyyah dan ‘ubudiyyah
- jauharot al-faqr seorang hamba selalu butuh kepada Alloh dalam setiap nafas.
Sumber : Kitab Jawahirul Ma’ani